Selasa, 26 Januari 2010

Cerpen: Penjual jasa tenaga

Cerpen: Penjual jasa tenaga
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/


Setelah berhasil mengamen dan mendapatkan satu dua rupiah, aku kembali ke rumah kost dengan jalan kaki lagi..., meski jauh, kutempuh jua, daripada bermalam di jalan yang aku tak tahu dimana aku berada.
Sesampainya di tempat kostku, kubaringkan diriku dalam sepi, hening, menerawang membayangkan dirimu yang kini tiada lagi kutahu tempatmu berada, Yanti, gadis idamanku di desa.
"Aku ingin kau ada disisiku, wahai bungaku, yang harum semerbak....,"aku bergumam sendiri ditemani temaramnya lampu kamar yang terisi 5 watt, listriknya memang harus dihemat, karena mbayarnya murah. Aku tak mampu kost di tempat yang lebih baik dari ini, dikarenakan tiadanya dana yang mencukupi untuk itu.
Aku masih bersyukur, dapat tempat seperti ini, dan kupikir ini sudah mewah dibanding kamarku di desa, kampung halamanku.
Aku segera bergegas tidur, setelah sebelumnya aku sholat Isya terlebih dahulu. Malam semakin larut, senandung serangga malam mulai berdansa menari bersama pasangannya mencari tempat untuk bercengkerama, membisikan kata mesra pada pasangannya ditemani sang bayu yang terus hilir mudik meniupkan aroma bunga melati pada pasangan yang dilanda kasmaran.
Aku terlelap pulas dalam tidurku. Di tengah hamparan rerumputan yang menghijua, aku bertemu dengan Yanti, gadis pujaanku, yang telah merentang kan kedua lengannya untuk kupeluk dalam kehangatan yang berkecamuk di dada. Dia tersenyum memandangku, aku pun juga demikian.
Tiba-tiba rintik hujan membasahi badanku. Aku terbangun dari tidurku. Tersadar. Ternyata aku bermimpi.
Ternyata air hujan beneran membasahi kamarku, gentengnya bocor. Aku bergegas mencari penutup kepala, dan dengan tergopoh-gopoh, aku naik ke atas genting yang memang cukup rendah, untuk memperbaikinya.
Setelah selesai, eh... hujannya juga langsung berhenti. Aku sudah basah kuyup lagi. Yach. namanya juga kost 2 an murah.
Kulihat di lantai semen tempat ku tidur yang beralaskan koran, telah basah digenangi air hujan. Segera kuambil lap di dapur umum, dan sapu lidi. segera kubersihkan dan kulap hingga kering.
Dingin terasa dibadanku. Aku tak ingin masuk angin, lalu aku bergegas ke kamar mandi dan kuambil air sumur setelah terlebih dahulu kutimba berkali-kali, hingga bak mandinya penuh. Mandi dengan keramas, membuatku segar kembali. Menyejukkan badan. Aku tak bisa tidur lagi.
Malam semakin dingin, semilir angin terus bertiup mendendangkan suara-suara yang mendengungkan telinga.
Merayap perlahan sang dewi malam membuka tabir kegelapan malam, berganti nuansa dinaungi sang bintang yang berkelap kelip di angkasa, menampakan kecantikannya yang mempesona.
Aku terus bergegas keluar kamar dan berdoa pada sang Khalik, di malam itu, agar aku diberi kesehatan dan keselamatan, dan bisa segera menemukan gadis pujaanku, Yanti, yang kurasa masih ada di kota ini. Selesai berdoa di malam gelap, aku segera mengambil air wudhu, dan sholat malam.
Aku kembali tidur, sejam kemudian, dan kupaksakan diriku tidur, meski dengan lantai yang masih basah, terasa dingin membeku di badan. Namun, aku hangatkan diriku dengan alas koran dan sarungku yang kering.
Tengah malam, aku terbangun sendiri, segera diriku bergegas mengambil air wudhu lagi, dan sholat tahajud serta sholat malam. Mohon pengampunan dan keselematan pada-Nya, Yang Maha Kuasa, sang Khalik.
Setelah itu, sholat subuh dan segera bergegas olah raga sebentar, lalu istirahat sejenak, dan selanjutnya ke kamar mandi. Selesai mandi, badan terasa ringan dan menyegarkan.

Pagi ini, aku punya rencana cari kerja lagi, tapi tidak ngamen. cari pekerjaan yang dapat menghasilkan sesuatu yang dapat mengenyangkan perutku alias mencari nafkah untuk dua tiga hari ke depan.
Di tengah perjalanan, aku bertemu dengan seorang ibu-ibu yang baru belanja barang yang banyak. Dia seperti menunggu seseorang.Lalu kudekati dia. "Maaf bu, ada yang bisa saya bantu?" tanyaku sedikit ragu. "Oh nak, bisa bantu ibu tidak, membawakan barang-barang ibu ke tempat para abang tukang becak yang ada di sana itu."kata ibu itu sambil menunjuk sekelompok abang tukang becak. Aku menoleh ke arah yang ditunjuk si ibu. Memang benar. ada sekelompok abang tukang becak yang sedang mangkal.
"Baik bu. Biar saya panggilkan abang becak itu, biar kemari, lalu akan saya bantu angkatkan barang-barang ibu ke atas becak. Mau berapa becak bu...?"tanyaku lagi. "Mungkin untuk dua becak aja. satu untuk membawa barang-barangku, dan yang satunya lagi untuk membawa ibu...", kata ibu itu menerangkan padaku. Aku hanya mengangguk setuju.
Lalu aku berlari-lari kecil menjumpai abang becak dan setelah berbasa-basi sejenak, aku bawa dua abang tukang becak beserta becaknya ke tempat si ibu itu menunggu bersama barangnya. Setelah terjadi tawar menawar yang cukup rumit dan njlimet, akhirnya si abang tukang becak mengalah dengan kesepakatan si ibu itu.
Akhirnya barang-barang ibu itu kunaikkan ke salah satu becak yang dikendarai oleh seorang pemuda, sedangkan si ibu menumpang becak yang dikendarai oleh bapak tua, yang masih ada sisa-sisa kegagahannya sewaktu muda.
Aku mendapatkan upah dari si ibu, yang lumayan banyak, bisa untuk makan satu dua hari. Ternyata pekerjaan ini menjadikan diriku punya ide, ternyata di situ dekat pasar besar dan toko-toko yang menjual kebutuhan rumah tangga. Maka berbekal pengalaman tadi, aku tawarkan tenagaku untuk menjadi penjual jasa tenaga.
Akhirnya dari pagi hingga sore hari, aku berhasil mengumpulkan lumayan banyak rupiah, yang bisa kupakai untuk berhemat selamat satu minggu, sambil terus berharap dapat bertemu dengan si Yanti, gadis pujaanku di kota ini.

Yach...udah, capek lagi...lain hari disambung lagi.... (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar