Selasa, 22 Desember 2009

Puisi: Bayang-bayang Fatamorgana

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/


Lambaian Pucuk Pinus terpana menanti sang Mentari pagi
Puncak bukit hijau memanas menjangkau relung dedahanan kering
Menggapai hamparan sawah menguning yang berandai-andai basah
Menerawang Mega na putih berarak sayu gemulai

Gemiricik air di Danau Telaga hening menyeruak lepas terpekur
Meluap dalam keremangan sang Purnama yang berdetak merindu
Menutup kabut embun pagi yang menyelinap pergi perlahan
Membuka nuansa hati indah yang bersendi kerinduan asa

Bayang-bayang Fatamorgana melepas keheningan asmara
bergandeng tangan, menggigil jemari lentik terpadu
menyatu satu dalam genggam erat peluk kehangatan
memeluk anggun senyum tawa yang berurai keindahan nuansa alam

Mungkinkah dikau kini hadir dalam mimpi bayangmu
yang mengajakku menari dalam langkah yang gemulai
memegang, menegang dan melepas terbang angan dan ilusiku
menggapai satu dua asa yang terhalang rindang belukar

Mengayuh lembut nan menawan jemari lentik luruhmu
merangkul dalam bisik sendu nada asmaramu
mengucap kata indah dalam bunga teratai yang mekar
menebar pesona ikan Koi yang berenang melenggang indah...

Mungkinkah bayang fatamorgana menyeruak dalam rona wajah indahmu
tersenyum mempesona dalam tarian gemulai lenganmu yang indah
melangkah ayun satu dua nadi mengikuti irama lirih lembut
merangkai nuansa bulir pohon kapas yang tegar berpantun

Adakah hati indahmu tersentuh bisik lembutku
terasa bergetar nada sukma dalam relung bibirmu nan memerah
menyebut dan memanggil kata indah di hatiku yang mekar mewangi
Aku cinta padamu, mas...

aku terlena...dan tersanjung...

Senin, 21 Desember 2009

Puisi: Ibu (untuk menyambut Hari Ibu)

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Ibu...
saat kukecil kau peluk diriku dengan hangat dan lembut
saat ku remaja, kau didik dan pandu diriku dengan kasih sayang
saat ku dewasa, kau ajari aku hidup mandiri dan tak cengeng...

Ibu...
kasih sayang dan cintamu pada anakmu, diriku, amatlah tak ternilai
kau adalah Permata dan Berlianku yang terindah di alam ini
kaulah pelita dan sinar Mentariku saat ku terpuruk...
Kau jualah sang Rembulan, disaat ku bermanja dan mencari perhatianmu...

Ibu...
derita dan air matamu tak kan dapat kutebus dengan sekarung emas murni
kecewa dan rasa banggamu, tak kan dapat kujual dengan hati dan jiwaku...
kaulah tungku emas ku yang menghidupi semangat dan motivasiku yang memuncak...
kaulah embun pagi penyejukku di saat ku kehausan di padang tandus yang gersang...

Ibu...
belailah hati dan jiwaku dengan jemari lembutmu yang terindah
belailah ilusi dan anganku agar kubermimpi tentang Bintang di langit yang gemerlap

Ibu...
tak kan kulupa semua angan dan mimpimu untuk ku yang kau bisikkan saat ku tertidur
tak kan kulupa dongeng dan cerita tentang Petani dan sang Kancil yang cerdik
tak kan kulupa doa dan puji syukurmu kepada Tuhan Yang Maha Esa

dan aku selalu mengingat semua petuah dan nasihatmu yang terabadi di hati indahku...

Ibu...
Selamat ulang tahun untukmu...
Selamat hari ibu...
semoga engkau tak kan pernah lelah mendidik ku 'tuk hidup yang terhormat...

aku, anakmu, tak kan pernah menyendiri lagi kini...
tak kan menangis dan merajuk lagi...
tak kan manja dan tak akan cengeng lagi...
tegar dan bersahaja....

aku kan bersimpuh dan menghormat padamu bu...
maafkan daku, anakmu yang banyak melakukan kesalahan kepadamu...
yang kini telah dewasa dan mengenal akan arti hidup yang sesungguhnya...
yang telah banyak merepotkan hati indahmu....

Ibuku...
aku kan berlari kencang melaju memenuhi rasa cita dan asaku
tuk kebahagianmu... ibuku yang tercinta dan terkasih...
juga untuk kebahagiaan hatiku yang sedang berbunga...

terima kasih ibu...

Puisi: Menebar jaring cinta

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/


Menebar jaring cinta tak sampai
membuai dalam remangnya lilin
menembus asa rasa tak percaya
membiru haru dalam kalbu

Saat kudengar rintih hatimu
belahan jiwa terasa pilu
menggapai Mentari dalam sendu
Menari dalam kesepian yang mandiri

Resah
gelisah
gundah
gulana
terangkai dalam bunga teratai

Mengering bulir air mata perak
mengenang saat indah bersama
bergandeng tangan
memeluk
merangkul
dalam kesunyian jiwa

Tampak pohon Pinus tersenyum sedih
menarik diri dari semak belukar
menangis sang burung Camar indah terbang
menukik terjang dalam curamnya lembah

Mengapa hati ini tak padu denganmu
berbalik arah saat bersamamu
memaling rindu tak tersempatkan
membuka nuansa dalam kesendirian...

Puisi: Sunyi

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/


Terdampar aku di laut hatimu
resah gundah gelana
menyepak pasir tak berbuih
menekuk rindu rasa tak masam

Ombak bergulung tak berdebur
melepas pergi tanpa kata
menepuk mata tanpa kasat
menyungging senyum tanpa tepi

terasa manis saat digenggam
lepas
terbang
menukik
melayang

Air mata terurai pupus
saat kudengar suara merdu
mengalun sendu terasa hampa
hening
sunyi

Puisi: Separuh jiwaku telah hilang

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/


Mengapa aku mesti menghindar dari pandangan lembutmu
padahal sang kupu-kupu telah mengajakku kemari
memandang dan berkhayal tentang dirimu
ditemani oleh sang rumput yang menghijau indah

Kau begitu rupawan dan mempesonaku
dengan wajah yang cantik serta mata yang berbinar lembut
disunting oleh lensa kacamatamu yang indah
terbalut setangkai Jilbab elok di mahkota emasmu
kau nampak lebih anggun dan tercantik diantara bunga yang bermekaran di taman

Senyum dan tawa candamu membuatku tergetar seru
hangat membara mengobarkan rasa inginku disampingmu
menemani dan bercerita tentang keindahan yang ada didirimu
membuatku selalu merasa betah dan kangen kepadamu

Entahlah aku tak tahu...
mengapa hati ini selalu merindu padamu
sedangkan dirimu sendiri nampaknya memaling dariku
meski aku sering memberi senyum indah padamu

Separuh jiwaku telah hilang tertelan kabut embun pagi
yang menetes jatuh di pelupuk relung hatimu
sinar Mentari pagi telah membias menghilang lenyap
melepas pergi angan dan khayalku dalam genggamanmu
luluh dan tersemai tak bersendi

Kau tak peduli pada Awan yang berkibar di hatimu
kau tak lagi peduli pada hati yang merindukan langit yang membiru
hati yang selalu memanggil namamu dalam bayang sendu
yang menanti kau hadir dalam mimpi-mimpi indahku

Separuh hatiku telah kau bawa pergi ke Telaga sunyi
dan tak kan mungkin Merpati kan terbang kembali
pupus sudah rasa asaku padamu seorang
karena sekuntum bunga melati telah layu luluh
terbawa angin nan merindu....

Puisi: Separuh hatiku dan jiwaku telah hilang

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/


Tadi pagi aku berjalan di depan rumahmu
tampak sepi dan kosong
hening dan sunyi
hanya lambaian bunga melati di taman yang tersenyum padaku

Siang tadi aku lewat depan rumahmu lagi
Janur kuning terpasang sangat indah
Menari dan menyanyi karena akan ada perhelatan besar
Kau disunting oleh sang Bintang dari hatimu yang terindah

Sore tadi aku kembali lewat depan rumahmu
Tenda besar dan indah terpasang dengan anggunnya
diiringi oleh musik gamelan yang bertalu-talu
kau sedang dirias untuk pertemuan malam hari

Malam ini aku bermimpi tentang dirimu yang cantik dan mempesonaku
namun hatiku hancur luluh tak berdaya menatapmu
separuh hatiku ...jiwaku...telah hilang ....terbawa pergi...
lenyap dalam keindahan Janur kuning yang melambai anggun padaku...

Kau pergi tanpa pesan cinta kepadaku
kupikir dirimu cinta setulus hati dengan diriku
ternyata hanyalah seutas senyum yang tak berjiwa di hatiku
senyum yang mempesona dan membius relung hatiku

Kusadari diri ini siapa
tak pantas aku bersanding dengan dirimu yang anggun dan mempesona
meski aku bermohon kerinduan hati padamu
menanti jawab satu kata darimu...cinta

sejenak kau tersenyum indah...
namun setelah itu...
selamanya kau terdiam membisu...
tak peduli padaku...

Pupus kuntum bunga mawar ini
yang kujalin dan kurangkai dengan elok dihatiku
kan kupersembahkan buat sang Pelangi di angkasa
namun, sang Awan telah merebut keindahan hatimu

aku terpuruk lagi...
Separuh hati dan jiwaku telah lenyap terbawa semilirnya angin nan lalu...
mampukah aku melupakanmu...?
aku tak tahu....entahlah...

Sabtu, 19 Desember 2009

Puisi: Pintu Hati

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/


Pintu hati ini telah lama tak terpelihara
tak ada yang membuka dan tak ada yang mau melihatnya
tertutup debu dan kabut kegundahan yang menyelimuti
sepi dalam keheningan yang tak terkenang

Kau datang dalam kehangatan senyummu
sedikit pintu mulai terkuak lirih bagimu
dikit terbuka...dikit tertutup
samar dan tak terbayang dalam ilusi

Canda dan tawamu mulai mengisi ruang pintu hati
dikit terisi ....dikit tertuang
kebekuan mulai mencair pelan namun pasti
kehangatan mulai terasa meski masih membias

waktu terus berjalan pelan dan samar...
pintu hati mulai bisa menyelami kunci hatimu
dikit terasa....dikit tersentuh
Sinar mentari mulai memasuki relung hati yang terpendam

Kau datang dalam senyum terindahmu untukku
kau rangkul dan kau sandarkan harapan rindumu
kau hangatkan hati yang lama terluka
kau semaikan benih asmara dalam hati yang mulai bersinar cerah

Rasa rindu mulai terkuak dari pintu hatiku
tanpa dirimu di dalamnya...terasa ruang seperti hampa udara
sepi dan senyap
datanglah dan rasakan getar kerinduan pintu hatiku yang membara
yang mulai menyukai kharisma dan senyummu yang terhangat bagiku...

Puisi: Aku Tersanjung

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/


Peganglah erat tanganku dalam biduk asmaramu
menegang dan bergetar mesra dalam genggamanmu
mengukir seulas senyum cantik rona wajahmu
membentang Pelangi dalam sejuta warna indahmu

Hatiku berbunga Anggrek dan berdaun Nangka
menikmati khayal dan anganku yang melanglang tinggi ke udara
menepis badai yang menghempas tak terlalui
menepuk pasir putih dalam wajah ceriamu yang teramat manis

Dirimu mengikatkan tali asmara di pundakku yang bergetar haru
menebar pesona rindu dalam impian Dewi kasmaran
Merangkai kata merangkum kelembutan yang tersirat
menjaring kura-kura dalam terpaan kasih sayangmu

Hatimu melekat tak terpisah dari batas nuansa
menjalin cinta dalam terangnya sinar Mentari pagi
Memadu kasih bersama Dewa Amor yang bersimpati
Terbang bersama Bintang di angkasa yang gemerlap elok

Lentera cinta telah kau nyalakan dalam remangnya alam
menerangi perlik-perlik serangga malam yang terbang mendekat
membagi asa dalam redupnya lilin kecil yang berkobar
menyentuh hati yang mendamba dalam kekaguman cintamu

Indahnya hidup terasa menyengat dan menyesakkan dada ini
merasakan kasih sayang yang kau berikan dengan setulus hati
membuka hati yang pernah terpuruk dalam duka yang mendalam
membagi cinta dan kerinduan dalam relung hati yang masih tersisa...

Indahnya cinta telah menutup luluhnya hati ini
menghapus luka lama yang tersayat dalam
menutup lobang kesedihan yang mencekam
membuka cakrawala nunasa baru
menuju keindahan cintamu yang tulus ikhlas...

Aku tersanjung pada mu..., kasih...

Puisi: Memandangmu

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/


Keterpurukan ku kini hilang sudah
lenyap
terdiam
mematung

Tersenyumku kembali pulih
memandangmu
menatap indah binar matamu
menggapaimu dalam sandaran bahuku

Kau datang dalam cinta
merindukanku
memelukku
hangat terasa di hatiku

Semangat hidupku timbul kembali
motivasimu
inspirasimu
terekam dalam lubuk kalbuku

Dipangkuanku
kau terlena
kau bermimpi
kau tersenyum indah dan manis

kau cantik gadisku...
rambut indahmu yang bergelombang ditiup sang Bayu
menambah rupawan rona manismu
bibirmu yang indah merekah delima
juga kecerdasan dan keanggunanmu
semuanya membuatku bangga dan kagum padamu...

Kaulah gadis pilihan jiwaku...belahan hatiku
genggam eratlah jemariku
jangan lepaskan walau sedetik pun

gadisku...., aku cinta padamu....

Jumat, 18 Desember 2009

Puisi: Dewi kehidupanku

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Aku jatuh cinta padamu
semua yang kulihat dan kuraba terasa indah
semua yang tersentuh terasa menarik di hati
semuanya terasa baru dalam benak hidupku yang sesaat

Betapa cinta telah mengubah gaya ilusiku
kekakuan dan kepupusanku hilang ditelan sang waktu
mengganti wajah menjadi keluwesan dan kebahagiaan
yang belum pernah kugenggam dalam kesendirianku

Kaulah Dewi cintaku yang pertama dan terakhir
yang telah mengangkat dan mengubahku menjadi emas berlian
dari tembaga dan besi yang kusam dan berkarat
yang tak layak untuk diperebutkan dan dipuja

Kini aku menjadi emas yang berharga
semua rasa pesimis dan minder berlalu dalam ingatanku
berganti menjadi rasa percaya diri dan semangat yang memuncak
yang merubah hati pahitku menjadi hati yang manis dan indah

Terasa indah dunia ku kini
semuanya bernyanyi dan menari untuk diriku dan dirimu
bergandeng tangan dan bersorak riuh membahana
melihat kubahagia bersama dirimu disampingku, Dewi kehidupanku...

Puisi: Aku merindukanmu

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Betapa aku merindukanmu saat ini
saat kau tiada disampingku
saat kau tiada mendengarkan celoteh manjaku
saat kuterpuruk dalam luluh hati ini

Malam terus berlalu tanpa pamit kepada sang Purnama
melaju pergi tanpa bisik dedaunan yang mengkerut dingin
tanpa sapa dan mimpi indah sang Bayu yang mengelus pedih
mendamba hati putih yang sesejuk embun pagi yang menetes lirih

Seandainya kau hadir saat ini di sisiku
aku kan bercerita tentang rusa dan gajah di hutanku yang kelam
juga tentang sungai dan lautku yang tak bersahabat
yang menderaku hingga ku luluh tak bersuara ...terdiam...

Kini asaku tinggallah secuil roti saja
yang tak dapat mengikis habis rasa resahku
yang membalut dingin dalam terpaan angin malam
yang mengukir kata tanpa belaian mimpi indahmu

aku hanya berharap bahwa penaku kan terus melaju
mengukir indah namamu di setiap sisi relung hatiku
agar dinginnya hati tak terasakan lagi
agar aku kuat dan tegar menghadapi liriknya dunia yang majemuk...

Puisi: Hore

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Hore aku senang dan gembira
aku mendapat hadiah darimu yang terindah
hadiah yang kan kujelmakan dalam puisiku
hadiah cinta darimu sang Bidadariku yang tercantik

Hore aku sudah dewasa kini
sudah mengerti akan rindu dan kangen pada orang lain
pada gadis yang kuidamkan dan kudamba
pada dirimu yang mengagumi kehadiranku di sisimu

Hore aku bahagia mendapatkan hatimu
hati yang indah, cantik dan elok
yang kan kujaga hingga akhir waktu
saat aku berpisah denganmu saat yang terindah

Hore...
berikan daku senyum indahmu
berikan daku bisik cintamu
aku kan menyimpan senyum dan hatimu di hatiku yang terindah...

Puisi: Aku terpuruk

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Hari demi hari kulalui tanpa penyesalan
menit demi menit kulalui tanpa perasaan
semuanya hambar dan tawar terasa di hati
kosong tanpa senyum dan tawamu....

Tiada lagi semangat dan asa yang menggayutku
Ikan Paus dan Lumba-lumba berenang tak tertawa lagi
Karang kokoh pun nampak luntur dan luluh di mata
semuanya nampak tak bergairah lagi...sepi...

Tanpa dirimu disisiku aku merasa ada yang hilang
bagai permata yang lenyap dari keindahannya
bagai Mentari yang redup dari sinarnya
Menghilang dan pergi menjauh...lenyap...

Mengapa harus kulalui liku hidup yang rumit ini
mengapa harus berjumpa denganmu saat kuterpuruk
mengapa pula harus berpisah denganmu saat kululuh hati
Mengapa...aku tak berdaya menggapaimu...

Tiada lagi senyum indah di lesung pipitmu
tiada lagi binar bola matamu yang indah di relung hatiku
semuanya tergaris tanpa tepi yang membuai
tiada lagi mimpi indahku bersamamu lagi....
aku terpuruk dan luluh tanpa dirimu...

Adakah kau mendengar nyanyian senduku?
masih adakah hati indahmu di relung hatimu untukku?
dimanakah kini kau berada?
mengapa rumput hijau dan bunga melati tak menari untukku...
hanya burung Camar yang masih menyanyikan lagu sendu di bayang Mega...
menghibur hatiku yang sedang gulana ...

Puisi: Kangen dan Rindu

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/


Saat ini, ada rasa kangen dan rindu yang bergejolak di dadaku
saat tak kudengar lagi suara merdumu yang harap kunanti
'tuk menyapaku dan membelai gendang telingaku dengan merdu dan indah
membawaku melayang terbang tinggi ke angkasa dalam peluk hangat suaramu

Saat ini, kehadiranmu amat kunantikan sesaat
tak ada lagi kerinduanku selain terhadap dirimu seorang
yang melangkah pergi tinggalkan daku seorang diri
terbang dan tak pernah kembali ke pangkuanku lagi....

Saat ini, keindahanmu selalu membayang di pelupuk hatiku
wajah, senyum dan rona ceria binar matamu amat kudambakan
segeralah kembali dalam belaianku yang kangen dan merindukan dirimu
hanya dirimulah segala kasih sayang kucurahkan padamu....

Kuingin kau hadir kembali dalam bayang mimpiku yang terindah
ditemani Sang Rembulan malam yang tersenyum bahagia
ditemani sang Bayu yang semilir sejuk di pesisir laut yang berderai kagum
bersamamu aku merasakan kebahagiaan yang terindah dalam hidupku...

Kembalilah padaku, kasih
dekap erat dan peluk hangatlah diriku ini
yang amat mendamba dan merindukanmu
saat ini...jangan besok atau esok hari....
kunantikan selalu kehadiranmu...di hatiku yang terindah...
hanya untukmu...dirimu...seorang....

Puisi: Hati Yang Merindu

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/


Hati yang merindu
terus terbuai dalam mimpi angan yang indah
berlari mencari genggaman jiwa yang hilang
menyebut nama yang samar terdengar lirih

hati yang merindu
mengapa terus bergetar saat kusebut namamu
saat kutermenung dan saat kuaktif dalam masa usaha
menggapai dan melayang membawaku dalam kepasrahan

hati yang merindu
terus menari dan menyanyikan lagu keindahan isi hatiku yang terdalam
membawakan irama melankolis yang menggoncangkan sendi-sendi relung jiwaku
yang selalu mengenang dirimu saat daku dalam kesendirian

hati yang merindu
bukakanlah pintu hati ini untuk dirinya yang dilanda kesepian
yang tertiup sang Bayu yang berlari melaju membawa bunga-bunga cinta
dalam bayang-bayang sendu keindahan hatiku yang berharap...

hati yang merindu
janganlah pergi dari curahan hatiku yang dilanda kasmaran
yang dilanda rasa ingin memiliki dirinya
untuk seutuhnya...semuanya...tanpa terkecuali

hati yang merindu
bawalah daku ke peraduannya yang abadi
dalam genggaman tangannya yang penuh, kekar dan hangat
agar aku bisa merasakan kebahagiaan yang merindu
yang saat ini kurasakan amat bergejolak dan meradang
untuk kudapatkan rasa damai dan sejuk dalam peluk hangatnya yang mesra...

Puisi: Hati Yang Cantik

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Hati yang cantik
adalah hati yang penuh dengan irama keindahan
berwarna pink, hijau, merah, kuning serta oranye
warna sejuta Pelangi dalam nunasa harunya yang terus berganti

hati yang cantik
menarik pesona burung elang yang terbang di angkasa
menjerat semangat dan motivasi yang terbalut indahnya senyuman
menapak tegar dalam dekap erat rasa kedamaian hakiki

hati yang cantik
mengalun lembut irama gitar yang berdenting merdu
membahana menerawang terbang mengelilingi perbukitan
membawa hati yang penuh dengan aroma wewangian bunga melati

hati yang cantik
tak kan pernah pudar dalam melangkah setapak janji
walau menempuh jalan melingkar tak bertepi
tetap memuji harumnya keabadian hati yang cantik jelita

hati yang cantik
terus berkibar rasa hormat dan santun pada sesama
menepuk hati yang sedang gundah gulana dan meradang
memberi setetes kesejukan embun pagi di padang nan tandus
yang menanti dalam gersangnya hati yang lelah dan terpuruk

hati yang cantik
hati yang penuh dengan gelora ilusi yang menerjang
merayap mendaki dan menggapai tingginya awan di langit
terbang melayang bersama burung Elang yang gagah berani
membawa jiwa kecantikan yang tak kan pernah pudar selamanya

Kamis, 17 Desember 2009

Puisi: Nadiku terus bergelora

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/


Nadiku terus bergelora ...bergetar
mengejar bayang-bayangmu yang berlari kencang
meninju angin dan mengepak sayap terbang tinggi
menerobos jaring kepekatan yang tersembunyi lapar

suara angin yang menderu dan menyambar
menghentak nyaliku untuk terus melangkah maju
mengikuti arus angin yang terus berlari
memacu jantungku menebar rasa rindu yang menganga

janganlah engkau pergi dariku, kasih....
aku kan tetap mengikuti kemana pun engkau pergi
biarkan lelah,letih dan pupus menemaniku
meluluhlantakan hati dan ilusiku
asalkan kau ijinkan daku untuk tetap berada disampingmu

aku kan terus memacu asa dan anganku
agar semangat dan tekadku tetap memuncak
untuk kupersembahkan rasa bahagia dan indahnya hidup ini
hanya kepadamu seorang...
hanya untukmu....

Tersenyum dan tertawa lah dalam rasa strawbery
hilangkan rasa ragu pada kedalaman relung hatiku
aku telah mengikat hatiku untuk tetap setia disampingmu
menemanimu dalam rasa menyatu yang terindah

Biarkan hujan menetes di embun pagi yang sendu
biarkan rerumputan menghijau indah dalam mimpi
biarkan bunga padi tumbuh menjulang tinggi di hamparan permadani
asal kau tetap dihatiku ....di Pelangi indahku
dihatiku...kasih...
selamanya...

Puisi: Mata Hatiku

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Mata hatiku amatlah peka terhadap semilirnya sang Bayu
kemana pun dikau pergi aku kan selalu setia bersamamu
menerjang badai... menembus awan hanyalah tiupan saja
asal bersamamu kita kan selalu kuat mengatasinya

Gemerincing lonceng indah di jendela hatiku
terasa bergetar saat kau sebut namaku dengan mesra
kau sentuh dengan lembut dan kau belai dengan hangat rona wajah manjaku
membuatku semakin sayang dan rindu padamu...

Mata hatiku tak kan pernah berdusta padamu
kau lah pilihan hatiku...belahan jiwaku yang terbaik
dari semua yang ingin memiliki diriku
hanya kaulah dambaan pujaan kalbuku...

Ikan lumba-lumba di laut tersenyum menatap kita
juga burung-burung Pipiet tertawa renyah saat kau menatapku syahdu
memandangku dan mempesonakan diriku dalam senyum dekap eratmu
yang tak kan kulepaskan walau hanya sekejap

Biarlah kebahagiaan ini tetap menyala selalu
biarlah lilin cinta ini tetap berkobar hangat di dadaku
janganlah kau lepaskan tali kepercayaanku padamu
setialah selalu untuk melindungi delima hatimu yang indah ini
agar aku kuat menempuh hidup ini bersamamu ...slalu...

Puisi: Terlena diriku

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://Pelangipelangiku.blogspot.com/


Terlena diriku memandang bunga Teratai yang mengembang senyum
melepas pergi dalam permukaan kaca yang bening dan sejuk
melandai curam yang terpaku pada keindahan pohon Pinus yang rindang
memacu nuansa baru dalam temaramnya lampu lilin yang redup

Gelisah hatiku menatap lembut fotomu yang nampak kumal
tergores sang waktu yang berlari memacu dalam kesenduan
menghela nafas yang terputus dalam keheningan sang Mentari
Merayap pelan dalam nada sendu yang terhalang...

Mengapa hati indahmu tak jua mau bersahabat dengan relungku
yang memanggil namamu dalam sayup samar diantara bunga mawar yang elok
yang menutup sendi nadiku yang terbakar karena kata sumbangmu
memutus rantai kecamuknya hati yang rumit dan tak terjerat

Satu dua kata telah kulantunkan dalam kalbu indahmu
namun tak satu jua pun sapa mutiara mu yang terlontar dari langkahmu
tuk menyambut sang Dewi malam yang turun dari peraduannya
bertemu dengan sang Bintang yang menanti dalam kerinduan

Kepasrahan telah menerpaku dalam kesungguhan batinku
yang hilang ditelan kabut sutera singgasanamu
melontar di atas permadani indah kehangatanmu
yang lama terlupakan dalam dekap erat mesraku

Mengapa harus terjadi perpisahan asa
aku begini...kau begitu...
apakah tidak ada keterpaduan hati kita
dalam melangkah menyatu untuk kebahagian bersama
yang pernah kita impikan bersama di esok hari...

Biarlah impian ku kandas karena batas yang membentang
juga karena ego yang terpisahkan sejenak luluh
tuk melanglang mimpi merayap pergi menjauh
dan tak kan kembali lagi meski nampak lambaian tangan indahku

kurasa...
kau memang tak ingin kembali padaku lagi...
meski burung Pok Seh dan burung Merak menari untuk kita
namun ... kau tetap melangkah pergi dan menghilang ...
terdiam....hening ...terasa sendu...
hatiku terluka...

Rabu, 16 Desember 2009

Puisi: Meniti asa yang tak berujung

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Malam semakin dingin mencekam
merayap di daun yang kuning meluruh
helai demi helai terlepas
berguguran
menapak lagi
terjuntai lagi

Jiwaku terasa membeku saat kutarikan pena ini
dalam relung dukaku yang makin menipis
Meniti asa yang tak berujung
penuh debur ombak dan nyanyian burung Camar yang terhempaskan
tak bertepi dan tak berujung...tanpa batas...

Mengapa harus kulalui hari yang indah tanpa kepastian
hari yang menggerogoti sisa kalbu dan anganku
yang makin menyusut karena terpaanmu yang sepoi namun meluluhkan diriku
tanpa jawab dan tanpa tanya
hilang tak berbekas
hanya terisa rasa kerinduan yang terdiam hening...

Apakah kerinduan dan sinar mentariku tak bisa memadamkan gejolak hatimu?
adakah bintang di angkasa yang mampu menyimpan kasmaran hati ini untukmu?
mengapa keheningan terus membayangku...menantiku dalam sepi
dimanakah dirimu kini wahai pujangga belahan hatiku...?

Malam semakin beranjak pergi
meninggalkan luka terdalam di hati indahku
meninggalkan rasa kecewa tak terperi
melupakan sejenak nyanyian merdu sang burung Murai yang hinggap di dahan
yang menatapku penuh arti dalam nuansa semu yang berbingkai...

Adakah hati indah yang kan membelaiku
menapaki hari indah bersamaku...
merangkai kata membuka asa yang tergerai
bersendung rindu bersamaku...selamanya...selamanya...bersamaku...

Kucurahkan segenap daya kasihku untukmu
kulalui onak duri yang membalut hatiku
kuberlari menjemputmu dengan rengkuhan kedua tanganku
ketersenyum indah hanya untukmu ... seorang...

namun...
tiada jawab yang kudengar
dan tiada kata yang terucap
hanya desir sang bayu yang menggapaiku
menyadarkanku..bahwa aku dalam kesendirian...

Akhirnya...
hanya sang waktulah yang kan menjawabnya...
yang kan menghitung hari demi hari bersamaku
dalam sepi yang tak bertepi
dalam nuansa yang tak berbekas...

semoga kau mendengarkan untaian mutiara hatiku ini...

Puisi: Nunung Nursasih

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Tawa dan candamu membuat seisi alam tertawa renyah
menari dan menyanyi bersamamu dalam keceriaan
melingkar dan berdendang riang bersama
menyanyikan lagu indah tentang kerinduan yang terputus

Wajah cantik dan pesona indah matamu
dengan bersandingkan kain jilbab sebagai penutup mahkotamu
membuat yang memandangmu bergetar nadi-nadi kalbunya
merasakan betapa eloknya dirimu yang menawan hati

Nunung Nursasih
Nama yang indah yang diberikan oleh orang tuamu kepadamu
sebagai wujud rasa syukur kepada-Nya, pada Sang Pencipta
yang telah melimpahkan Rakhmat dan Hidayah-Nya kepada kedua orang tuamu
dalam penantian yang tersungging senyum indah penuh asa

Kau wanita yang anggun dan mempesona hati
penuh pengertian, penuh kemandirian bagai mutiara yang bersinar terang
membuat sekelilingmu tersenyum penuh pesona pada Pelangi yang tergetar
pendamba cinta dan kasih sayang pada keluarga yang terkasih

Teruslah berkarya bagi sesamamu yang memerlukan tenaga kasihmu
sebagai tenaga medis yang penuh pertolongan dan kasih sayang
penuh curahan kelembutan dan kehalusan hati
agar terobati jiwa yang terpuruk dan pupus...

Indah bola matamu
berbinar dan ceria saat bersua
tersenyum indah di bibir yang cantik
membuat hati terasa damai di sisimu...

Puisi: Tuti Gantini

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com

Senyum di bibirmu yang indah merekah memerah
berkenakan mahkota jilbab yang merenda kuning pupus
begitu anggun dan mempesona bagi yang memandangmu
menggetarkan sukma dan menjeratkan nada-nada kecapi di kalbu
mendamaikan nunasa alam yang hening termenung...

Tuti Gantini
nama yang indah bersulam emas dalam tari awan di angkasa
melebarkan pesona dalam khasanah keibuan yang elok
mengepakkan sayap kesabaran dalam ketenangan jiwa
yang menggapai asa menuju langit tinggi tanpa batas

Kenangan cantik warna warni Pelangimu yang tersimpan dalam sepi
membuatmu tegar dalam menggapai kehidupan yang terbuai lelah
merajut hari demi hari dalam penantian yang menggelora
mewujudkan impian sebagai ibu yang terbaik buat keluargamu

Santun, bermartabat dan terhormat
selalu kau tampilkan dalam senandung rindumu
terhadap Sang Pencipta Alam Semesta, Sang Khalik
yang tersenyum bangga melihatmu dengan penuh arti
dalam pesona buaian mimpi terindahmu
yang terangkum dalam kebahagian hati sejuta warna Pelangi

Selasa, 15 Desember 2009

Puisi: OUI

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Dalam bingkai lensa kacamata yang kau kenakan
tersungging senyum indah yang menawan hati
bagai senyum cantik sang Dewi malam yang berbunga hatinya
menabur kedamaian dalam alam gersangku yang lama tak tersirami

Senyum indahmu telah meredakan gejolak meradangku yang memuncak
senyum indahmu telah membangkitkan pesona hatiku yang terpuruk
senyum indahmu juga telah menarikan kembali buah penaku yang terputus asa
dengan senyum indahmu pula telah menyadarkanku akan arti indahnya hidup ini

Saat pandangan pertamaku tertuju padamu yang sedang terlena
aku merasa bahwa dirimulah yang kelak jadi curahan hatiku
namun aku tak bisa menyanyikan lagu indah padamu
terasa kelu lidahku saat ku hendak bernyanyi merdu padamu
pandangan mesramu telah menenggelamkan semua angan dan khayalku

Kini saat itu telah lama berlalu dari hati indahku...
kau hadir kembali dalam facebook dengan senyum indahmu
menampilkan kembali kenangan lama yang terindah
yang membuatku melambung ke angkasa raya dalam kebahagiaan

Meski kau tidak menyadari akan kenangan lama itu
namun bagiku, matamu, pandanganmu dan kecerdasanmu membuatku terkenang slalu
sikapmu yang pendiam dan tenang telah membuatku merasa tentram di sisimu
memandangmu, menolehmu, menatapmu lama-lama, meski kadang aku tertunduk malu
namun itu semua telah membuatku merasakan hidup ini indah seindah namamu, OUI
nama yang singkat, ringkas dan mudah diingat...

Kau gadis yang sederhana, pendiam namun cerdas, smart...
berpandangan kehidupan yang maju dan modern
membuat dunia ku terasa bergelora saat bersamamu dalam kedalaman relung hatiku

kunanti saat terindahku, saat kau panggil namaku...dan kusebut namamu...
nama yang membuatku selalu bersemangat dan bergairah melangkah...
dalam mengarungi kehidupan yang kompleks dan majemuk ini...
bagai sejuta warna warni Pelangi di angkasa raya...

Burung Murai dan Kutilang bernyanyi merdu ditemani sang waktu yang tertawa renyah
saat kau sentuh dengan lembut wajah facebook ku
tampil sosokku dengan senyum bangga dan mantap ...menatapmu cerah...
mengajakmu berfacebook ria denganku dalam keheningan waktu yang tersisa ...

Puisi: TIFAZET

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Aku tersenyum bangga saat kau muncul dari singgasanamu
menyapa lembut kehadiranku yang lama tak bersua
telah lama aku menanti kedatanganmu di facebook dalam sepi
membaca hasil pena yang terasa lambat kunanti

Kenangan lama sewaktu di SMA terasa menyayat hati
saat kujumpa dirimu di kelas tetangga di sekolah kita
kau nampak pendiam dengan pandangan sayu, TIFAZET
semu dalam majemuknya untain kata yang hendak kau tampilkan

Kadang ada yang terasa hilang saat kau pergi dari kelasku
yang setia menunggu kedatanganmu setiap saat di kelasku
menanti sang bidadari anggun yang tersenyum indah padaku
yang kini telah menjelma menjadi wanita dewasa yang cantik
dibalut sehelai kain sutera jilbab yang menawan dan mempesona
membuat hati terasa nyaman dan teduh saat melihatmu di facebook

Karya-karyamu yang berupa foto elok dan berwarna warni
juga hasil kreasimu yang anggun dan indah telah menambat hatiku
untuk tak berpaling dari pesona tangan dinginmu yang lihai dan lincah
membentuk pola keindahan yang mengguratkan akan kerapian pembuatnya
makin menyandarkan diriku pada awan yang melambai di angkasa

Teruslah berkarya dengan kreasimu yang tanpa pilih tanding
Teruslah tersenyum indah agar sang Pelangi makin gemerlap warna warninya
Sambutlah sang Mentari yang bersulam mesra dengan sang Gunung di bumi
Genggam eratlah hakiki kehidupanmu dalam nuansa kebahagiaanmu yang terindah

Minggu, 13 Desember 2009

Puisi: Cinta tak harus kumiliki

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Cinta yang indah tak selamanya harus kumiliki
cinta membuatku bergetar sendu dan tak tahu lagi apa yang harus kulakukan
cinta membuatku bersemangat dan berapresiasi
namun...cinta juga membuatku terpuruk dan luluh tak berdaya

Gemericik air merangkak perlahan turun ke ke dasar sungai
menyembunyikan diri dari sang Mentari yang bergegas pergi
menutup kabut sang Bayu yang terlena dalam keletihan
Membuka cakrawala sang bunga Teratai dalam peraduannya

Cinta telah memberiku inovasi tentang burung yang terbang bebas di angkasa
cinta telah mengirimku ke hatimu untuk ku bersandar di bahumu
namun...cinta juga telah memberiku angan dan khayal yang tak tersampaikan
yang lari dan menghilang dari pandangan pertamaku yang bersinar indah

Adakah cinta kan terbersit lagi dalam kalbumu?
apakah kau tetap tega meninggalkanku dalam kepedihan?
Mengapa harus aku yang merasakan getirnya nada sumbang sikapmu?
Akhirnya...aku hanya pasrah dan menerima simpatimu yang halus namun pasti

Bisakah kita mengulang kembali kenangan lama yang pernah bergeser dari hati kita?
walau hanya sejenak atau semenit saja agar aku bisa merasakan manisnya cinta kita
agar bisa kudengar lagi kicauan merdu burung Kutilang dan burung Murai yang indah
agar bisa kubuka kembali hati indahmu di mata hatiku yang pernah pupus...

Biarlah deru ombak di pantai terus menerjang sang karang yang kokoh
atau biarlah pasir putih tetap mengkilat dengan pongahnya
asal kau mau berbagi hati padaku yang lemah ini, walau sedetik saja
meski tak ada lagi senyum di bibirmu yang indah seperti dulu lagi...

Sabtu, 12 Desember 2009

Puisi: Patah Hati

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Terasa kelu rongga di dadaku saat kau katakan itu padaku
kata yang tak kan pernah kuingin mendengarnya lagi
kata yang ingin kujauhi dan tak kan kutengok lagi
yaitu kata, "Maafkan aku, aku tidak mencintai dirimu..."

Aku terpana, aku tergagap...mau dibawa kemana hati ini
hati yang tulus ikhlas mencintaimu tanpa pamrih
hati yang selalu mengikuti bayangmu kemana pun kau melangkah
hati yang selalu memimpikan bayang indahmu di mataku yang terlelap

Aku terpuruk...
saat kudengar kata itu...kau berkata tanpa senyum
hatiku remuk redam tak terperi...
bagai sang Halilintar yang memperdengarkan suara merdunya
memekik dan membuatku luruh tak berdaya

Gemerlap Sang Pelangi yang indah
dan Sinar Mentari yang tersenyum segera berlari menjauh dariku

Putihnya Awan yang berarak menari-nari di mataku
dan tiupan sang Bayu yang semilir sepoi menyentuhku pun segera menghilang dariku

bahkan Burung Elang yang terbang tinggi pun segera menukik turun ke bumi
semuanya tak ingin melihatku bersedih dan berduka lara

Tanah yang kupijak serasa bergoyang saat kau melangkah pergi dariku
terasa sepi, saat kau lambaikan tanganmu tanpa perasaan padaku
hatiku terasa tertusuk oleh kata pahitmu yang sulit kuterima itu
membuatku patah hati karenamu

Aku yang selalu mengagumi dan membanggakanmu
yang memuja dan memimpikanmu siang malam
ternyata hanyalah sepucuk Pinus harapan yang hampa
kau ternyata tidak mencintai diriku setulusnya
tidak sama sekali

kau hanyalah berpura-pura baik padaku
bersandiwara tanpa panggung dan tanpa nada
aku berduka ...
aku menangis...
aku bersedih karenamu...

Namun...
bagaimana pun aku tetap mencintaimu dengan setulus hatiku
meskipun aku tak bisa memilikimu seutuhnya
cinta memang misteri dan amat membingungkanku
aku tak ingin terluka dan tak ingin kecewa lagi

biarlah daku sendiri dalam sepi...hening...dan terdiam...
tanpa sejuta warna Pelangi yang gemerlapan lagi...
dan tanpa suara burung murai yang bernyanyi merdu lagi...
dan tanpa dirimu di sisiku...
aku ikhlas...

Jumat, 11 Desember 2009

Puisi: Sobatku

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Sobatku
kaulah pembawa damai di hatiku
saat ku meradang dan bergelora bergejolak
kau meredam dan menepuk hatiku dengan kata lembutmu
yang membuatku terbuai dalam dekap erat pelukmu

Tak terperi rasa terpanaku padamu
yang selalu menyapaku di pagi hari lewat sms kecilmu
yang riang dengan canda dan tawamu yang merajuk
kadang dengan humormu yang kelewat transparan

Akankan kita tetap bersama dalam untain kata yang indah
tanpa pernah menatap dalam mimpi indah sang rembulan malam
mungkin angin malam yang merangkak perlahan dapat menyampaikan isi hati kita
betapa kita saling bisa mengisi dalam keheningan yang sesaat

Sang Mentari pagi sebentar lagi kan datang
dan Sang Rembulan dengan senang hati kan bertukar tempat
apakah kita juga kan berpindah waktu
saat denting bel lonceng menyanyikan lagu kenangan di kelas dulu?
saat kita berpisah dalam perjalanan pulang ke hati yang indah berseri...

Kamis, 10 Desember 2009

Puisi : Terasa bergetar nadi kalbuku

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Terasa bergetar nadi kalbuku mendengar suaramu
terasa memburu dan bergelora anganku saat kau panggil namaku
semuanya terasa indah dan mempesonaku
semuanya terasa membahagiakan diriku

Saat kau ceritakan perasaanmu padaku
aku terpana dan tertegun
mengapa kau begitu memikatku dalam khayalku?
yang selalu bermimpi tentang dirimu yang anggun

Tanpa kudengar suara merdumu di pagi yang cerah
terasa hatiku bagaikan sepi dan senyap menghilang
terasa kelu dalam kebekuan di hati yang semakin mengencang
membelit dan menutup asa kerinduanku yang terputus pergi

Kau tuliskan rasa inginmu padaku dalam untaikan kata yang indah
yang menggugah perasaan terdalamku untuk selalu menyertaimu
di saat kau ceria maupun di saat duka menyelimuti dirimu yang kuyup
yang menginginkan daku mendampingimu selalu

Terasa ada yang hilang saat kau marah padaku
terasa ada yang indah saat kau merajuk padaku
terasa ada rasa semangat saat kau bijak padaku
dan terasa ada yang ragu saat kau ingin meninggalkanku

Teruslah bersamaku, sobatku yang terbaik
saat daku terpuruk lara
saat daku kehilangan asaku yang pergi entah kemana
dan saat daku bahagia membahana

Kaulah guruku yang cantik dan bijak, saat aku ingin belajar
kaulah pahlawanku, saat ku luruh tak berdaya
kaulah bunga melatiku, saat ku memerlukan keindahan dan kelembutan
dan kaulah segalanya, saat ku memerlukan motivasi dan inspirasi

Tetaplah disampingku selalu
dalam detak jantungku yang bergelora
dalam detak urat nadiku yang berlari melaju
dan dalam hati sanubariku yang mengagumimu

Rabu, 09 Desember 2009

Puisi: Jarak tak terbatasi

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andin adyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Jarak tak terbatasi oleh sang waktu
jauh mata memandang terasa dekat di hati
bergetar dalam nada rindu yang menggema
sebut nama indah yang menghantui kalbu

Terasa air mata ingin berpasangan dalam jumpa awal
menyentuh satu demi satu perasaan tertelan nafas
menepuk salam dalam jabat erat kerinduan
kenangan lama terasa indah dalam senyum berkobar

Mengapa terasa ada yang menyentak dalam hati ini
saat bertemu dalam lirik mata yang terjerat rasa ingin
indah dan anggun dalam langkah pelan namun pasti
memandang wajah Mentari dan menyebut nama Pelangi
terasa sejuk dan menghangatkan kalbu dalam angan diri

Akankah sang waktu kan berpijak di sini?
mempertemukan dan menyalami dalam hangatnya senyum burung Murai
meraih dan menyentuh kenangan lama yang terusik kembali
menggapai indahnya waktu yang berlalu saat terpisahkan dulu

Terasa getar denting kerinduan menyembul dalam sukma
terasa ada yang hilang saat itu
kini terasa lebih ingin bertemu dan ada rasa itu
melepas rindu dalam nada indah suara merdumu
tak ingin terlepas lagi selamanya

Puisi: Relung hati

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andin adyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Relung hati nampak tersisa bunga teratai di kolam angan
yang terbang melayang menatap lembut dinding mata ini
menepis rasa rindu dalam nada denting irama genta
yang berandai di keheningan sang waktu hari

melompat dan menerkam kalbu terakhir di awal kata
menggapai rasa semak ilalang yang terbuka di akhir kata
menyemut berbaris hingga terasa indah di bibir
menyebut kata lama satu persatu dalam redupnya lilin

Kenangan nama anggun terkuak dalam sejumput hati
membuka nuansa awal tak berdiri kokoh
lemah lirih bersama pergaulan kalimat pembuka
menjaring seutas benang sutera dalam wajah kerinduan

Foto yang terpegang di angan tersenyum menawan
terasa tangan tegar ingin menyentuh
berdekatan hati bangga dalam kesamaan rasa
menerima rasa ingin dalam kebersamaan asa

Jerat cinta terkuak menepis rasa ragu
mengapa jarak mesti membatasi adu tawar ?
haruskah kubertemu dirimu dalam sekejap hati ?
menggandeng rasa rindu dalam impian termudah

Puisi: Kutahu kau ada di sini

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Kutahu kau ada di sini
dalam selimut indah yang terbalut kain sutera
tersenyum bahagia dalam khasanah jiwa
merindu dalam keheningan lamunan senja

Kusebut namamu dengan lirih dan merdu
agar kau tak terbangun dari mimpi indahmu
yang membayang dalam pelupuk mataku
yang berbinar dan berona hitam

Teruslah bermimpi dan berkhayal tentangku
karena kau adalah pujaan hatiku
yang selalu kurindu setiap saat
dalam suka maupun lara

Suara merdu manjamu dan rasa hormatmu padaku amatlah kental
membuatku semakin terperangah dan kagum
mengapa kau begitu memperhatikan diriku
yang lemah dan tak berdaya dalam pelukan rasa pesimis

kau bangkitkan rasa indahku dari keletihan jiwaku yang terlelap
dengan suara motivasimu yang terindah sehingga menyadarkanku
membuatku kembali pulih dari mimpi hilangnya inspirasiku
menggapaimu dan merangkulmu untuk terus berkarya anggun
bersamamu dalam dekap erat pelukanmu yang lembut dan terhormat

Puisi: Hujan Turun

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Hujan turun berlari dengan kencangnya
membasahi bumi yang tenang dan hening
melepas segala kepenatan yang terusik
menebar mewangi sang dewi telaga

Gemerisik air berlomba terjun ke pantai
menyusuri induk sungai dan anak sungai
meluas dan membuka cakrawala dinginnya kesejukan
merapat dalam bingkai pantai yang membiru tanpa batas

Pepohonan saling tersenyum dan berayun-ayun riang
memamerkan dedaunan dan bunga-bunga yang saling melirik dengan manjanya
bersentuhan dan saling berangkulan bersalaman
ditemani sang dahan serta ranting yang tersenyum bangga

Mentari pagi datang dengan anggunnya
membangunkan alam yang tertidur nyenyak
mengeringkan rerumputan yang terlelap basah
menyapa burung Cecak Rowo dan sang Kelinci dengan ramahnya
memberi kesegaran di esok pagi yang cerah dan mempesona

Selasa, 08 Desember 2009

Puisi: Cintai aku sepenuh hati

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Cintai aku sepenuh hati
jangan kau tinggalkan daku sendiri
meski hanya sedetik dua detik
tanpamu aku tak bisa hidup

Cintai aku sepenuh hati
sebut dengan indah namaku
dalam segala aktivitas kegiatanmu
dalam semua tidur lelap mimpimu

Cintai aku sepenuh hati
jangan kau duakan diriku
jangan kau kecewakan daku
jangan kau lukai hatiku
hati yang selalu merindukanmu

Cintai aku sepenuh hati
bayangkan dan pandanglah fotoku
dengan segenap rasamu
lihatlah wajah dan senyumku
semuanya hanya untukmu...untukmu seorang

Cintai aku sepenuh hati
denganmu aku merasa lebih hidup
disisimu aku merasa lebih berarti
disampingmu aku merasa lebih percaya diri

Cintai aku sepenuh hati
jangan kau tinggalkan daku
jangan kau pergi dariku
raih dan bawalah daku pergi bersamamu
kemana pun kau ingin melangkah

Cintai aku sepenuh hati
kaulah Malaikatku
kaulah Bidadariku
kaulah Pahlawanku

Cintai aku sepenuh hati
kaulah Sejuta warna Pelangi inspirasiku yang menyala dengan elok
kaulah angsa putihku yang cantik dan anggun di tengah jiwa Telagaku
Kaulah bunga Melatiku yang mengharumkan relung hatiku

Cintai aku sepenuh hati
dengan segenap jiwamu yang putih dan mewangi
dengan segala kemampuanmu yang kau miliki
dengan segala budi baikmu yang mempesona diriku

Cintai aku sepenuh hati
dengan segala rasa hormatmu padaku
dengan segala nunasa indah martabatmu padaku
dengan segala akal kesantunanmu yang kau abadikan

Cintai aku sepenuh hati
tanpa untaian kata tapi...
tanpa secair tinta pena habis...
di awal jumpa hingga akhir waktu...

Puisi: Melangkah lagi

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Melangkah lagi menyusuri nada-nada indah dalam lamunan
mengoyak heningnya malam
membangunkan nuansa baru
dalam dimensi impian yang nyaris tertelan keegoan
yang menyeruak masuk dalam sepi kalbu

membasahi relung hidup
yang tak kan kering terimbas sinar mentari
walau disibak oleh sejuta warna pelangi
menutup rindu tanpa asa
bergelimang tangan rindu

menengadah wajah sendu
menatap kosong tanpa rerumputan hijau
melambai nyiur di pantai
memanggil namamu dalam senyum lirih tak berbekas
menapak jejak membara

mengukir kata indah yang tak berbalas
menjauh dan pergi hilang tertelan ombak laut
mempermainkan buih-buih pantai yang datang dan pergi
berlalu tanpa batas
melompat dan tertawa gelisah
cemas

tanpa cahaya di wajah yang muram
menambah luka di hati yang semakin pupus dan terpuruk
menyadari arti kerinduan yang tercabik
dari luka lama yang pernah hinggap di kalbu
tanpa nyeri terasa
semakin tegar berdiri

memacu semangat untuk melangkah lagi
membuka jalan
dan menepis kerinduan yang mencekam

menatap hujan dalam samar-samar basah
mengeringkan diri dalam kesendirian
terdiam dan terus melangkah maju

satu dua dan tiga
optimisme kembali merasuk dalam jiwa
menghangatkan kalbu
menjawab asa dengan kemenangan

Minggu, 06 Desember 2009

Puisi: Sesal

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Tak kan kusesali hari ini
hari saat kau pergi tanpa diriku lagi
lepas dan tak terkejar lagi
dalam genggaman eratku yang makin lemah

Sesalku hanya terasa amat sakit
saat kau pergi tanpa jawab dariku
berpaling dan menjauh...
tinggalkan aku sendiri
secepat kau katakan itu padaku

kau tak mau lagi bersamaku
bersama hati belahan jiwamu
yang selalu membayang dalam kalbumu
bagai impian yang tak pernah terimpikan

Bidadariku telah pergi
tak kan kusesali lagi hari ini
meski hatiku terluka amat sangat
namun aku pasrah dan tak kan terkejar lagi indahmu

Apakah masih ada cinta di hatimu?
apakah masih ada rindu di kalbumu?
padaku?
pada belahan jiwamu?

Angin terus berkejaran dengan sang waktu
berlari dan terus berlari kencang
melaju dalam bayang sang kabut malam
menerpa dan menghentak dalam kesunyian diri

sepi...dalam kesendirian lagi...
sesal tak berguna lagi...
tak ada tangis
dan tak ada tawa canda lagi

hening
sunyi
terdiam
pupus lagi

Puisi: selangkah lagi

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Selangkah lagi keinginan hati kan tercapai
merenda biru rasa kesepianku
merajut sutera kain emas kerinduanku
membalut mesra rasa indahku padamu

Cintai aku sepenuh hati
dalam asaku yang menghimpit erat dalam kalbuku
menjuntai kesendirianku pada jeratmu
menggenggam erat rasa inginku bersamamu

Roda hari terus berlalu melaju dengan kencang
menebar waktu yang makin terasa sempit
memadu janji dalam kesenjangan yang terbatas
meraih impian dalam suka yang terserat asa

Melangkah anggun dalam pelukan burung camar
menepis duka yang lama tertinggalkan
melepas dan menebar jaring cinta dalam rongga jiwaku
tersekat dalam kata indahku ....aku cinta padamu

Peluk eratlah hati indah ini dalam pelukan mesramu
agar hati ini tak kan lari dari peraduannya
tetap terpaut bersama Pelangi hatimu yang lembut
dalam elok senyummu yang cantik mempesonaku

Sabtu, 05 Desember 2009

Puisi : Terasa gersang rasa rinduku

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Terasa gersang rasa rinduku yang terampas
tandus dan tak lagi subur menyirami
penuh semak belukar dan ilalang
tanpa bunga dan dedaunan menghijau

burung nuri dan kakak tua saling berpandangan
menatap sang dahan yang tersenyum geli
menabur bunga dalam mewangian yang semerbak
menautkan hati yang dirundung kasmaran

Bunga hutan terus layu menumpuk duka
menanti sang Mentari bersinar terang
menjemput asa yang terhempas dalam kerinduan
masih adakah rasa indah yang tersisa?

Terasa hambar air telaga sejuk ini
memudar dari rasa eloknya angsa putih yang berenang lepas
menarikan tarian sang ikan yang berkelak-kelok cantik
menyunting sang rembulan yang menggapai merona jingga

Siapakah yang kan datang mengisi hati ini?
yang pernah tercabut dan terkoyak dari pusarannya
pergi dan hilang entah kemana
masih adakah butiran rasa rindu yang tersisa?

Suara asa terus bergema dalam denting kaca hati ini
memanggil namamu yang terbawa angin yang menderu
tersamar dan terbias oleh hempasan ombak laut yang menepi
menjalin kasih yang tak kan pernah tersampaikan

Puisi: Satu-satu

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Satu-satu dan dua-dua
kau hitung hari-hari indahmu bersamaku
tinggal satu dua detik lagi kita bersama
mereguk nikmatnya terpaan nada sendumu yang terbias

Tinggallah asa yang terhempas kabur
menatap cermin dalam kedukaan yang tersamar
memecah sunyi dalam keharibaan yang tercenung
memandang atap tanpa ilalang di bahumu yang tegar

sudah berlalu kita melangkah
tak ada lagi jejak yang kan di tempuh
tak ada lagi senyum indah dibibirmu
sirna dalam hempasan kabut yang memudar

Berlalulah angin nan elok mahligai
menjauh pergi dalam sukma yang terampas
melepas mega dalam rona salju yang terserat
memutih diam dalam hembusan nafas yang tersedu

Diamkah dirimu kini
salahkan diriku padamu
tak terjawab dan tak terasah
hanya desir angin dan debur ombak yang menggapai sendu

melaju dalam keheningan roda pedati yang terserak
memutar dan terseok rongga dada yang terhempas pilu
memecah sukma kalbuku yang terdampar dalam impian dini
mengelus nada-nada redup dalam rangkulan sang dewi malam
pergi dan berlalu..... sepi ...terdiam...sunyi...

Puisi: Belalang Tampan

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Belalang tampan bermain lompat-lompatan
terbang kesana kemari bersama sang Capung yang cantik
menyapu angin semilir menerpa kabut indah
menjalin kasih dalam semampainya intan permata

Meninju langit dan menyapa dengan suara merdu sang Pelangi
menimbulkan riak ombak yang berlarian menepi kasih
menyambung benang jaring cinta dalam temaramnya sinar mentari
yang terbuka dan terlepas dalam sanubari keheningan

Mengapa hujan datang berarak riang menyambut mendung kelam
mengapa hati tersentuh oleh pesona indah suaramu yang tersamar
apakah sang Pelangi kan datang kemari dalam gerak anggunmu
hanya buaian khayalmu yang menatapku sendu penuh aroma ketegaran
membasahi hamparan hatiku yang terendam ukiran namamu

esok dan tak lama lagi
kau kan pergi meninggalkan jejakmu
bersama belaianmu yang kau dambakan
menjauh dan menghilang lepas
dan tak kan pernah kembali lagi kepadaku

Biarlah hari berlalu sendu
tak kan ada lagi kicauan burung kutilang
dan tak kan ada lagi sapaan lembut di daun telingaku
kembali hening dan sunyi.... dalam kesendirianku

Puisi: Tak pernah kulepaskan dirimu

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Tak pernah kulepaskan dirimu
untuk sendiri dalam duka
untuk sendiri dalam suka
selalu kubersamamu

Kuingin kau selalu menyapaku
pagi, siang bahkan petang hari
agar aku selalu ingat dirimu
ingat akan sahabatku di sini

Dalam mimpiku
kulihat dirimu bersama dengan seseorang
yang kukenal dan kutahu
aku sakit dan terluka

Tapi aku mengerti
karena itu bukanlah hak ku untuk cemburu
telah kukenal siapa dirinya
dia adalah dirimu...belahan jiwamu

Teruslah bersamanya
aku berdoa kau selalu bahagia dan damai bersamanya
dalam suka maupun duka
selalu bersatu, rukun dan tersenyum indah

Jumat, 04 Desember 2009

Cerpen : Hidup itu indah

Cerpen:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Andi, tertunduk lesu. Angannya untuk melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi di Universitas di kotanya jadi terhambat, dan tak bisa dilanjutkan, karena orang tuanya tak mampu untuk membantu membiayai kuliahnya, meski Andi adalah lulusan terbaik di SMAnya.

Andi sudah memohon kepada orangtuanya, namun jawaban mereka hanya gelengan kepala saja, tanda pasrah dengan kedaaan ekonominya yang minim.

Andi mengerti dan sangat mengerti dengan keadaan ekonomi keluarganya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Andi sebagai anak tertua dari dua bersaudara dengan satu orang adik perempuannya, sudah merasakan bagaimana hidup dengan ekonomi yang pas-pasan, bahkan kadangkala, keluarganya hanya makan satu kali dalam sehari, karena ketiadaan beras di rumahnya.

Pernah Andi berbicara dari hati ke hati dengan orang tuanya, adanya keinginan darinya untuk tidak melanjutkan sekolahnya di SMA lagi, meski dia tahu, dia juara di kelasnya, namun karena keadaan ekonomi yang menghimpitnya, menyebabkan dia pasrah dan tidak rela, bila orang tuanya bekerja mati-matian hanya untuk membiayai sekolahnya di SMA dan sekolah adiknya yang bernama Dewi di SMP kelas III.

Justru keinginannya itu ditolak keras oleh kedua orangnya. Mereka bercucuran airmata mendengar permintaan Andi yang tidak ingin melanjutkan sekolah lagi. Mereka mengerti, bahwa ekonomi keluarga tidaklah sebanding dengan beban yang mereka pikul, namun mereka masih merasa mampu, masih kuat, kalau hanya membiayai sekolahnya Andi, meski harus mereka perjuangkan dengan sepenuh hati, asal anak mereka, Andi dan Dewi sekolah dengan baik dan benar, serta lulus pada waktunya.

Ayahnya hanya berkata,”Andi, kau sekarang sudah kelas III di SMA, sebentar lagi Ujian Nasional, jika kau tidak lulus, malah akan menambah beban orang tuamu yang sudah tua ini. Bapak dan ibumu hanya berharap, kau dapat menyelesaikan SMA mu dengan baik, namun bila telah selesai dan lulus, bapak dan ibu tidak bisa berharap banyak, apakah kau dapat melanjutkan kuliah atau tidak, karena bapak dan ibu tidak mempunyai biaya untuk itu.” Air mata bapak dan ibunya mengalir pelan tapi pasti, tersedu-sedu.

Andi dan adiknya, Dewi yang mendengar keluh kesah kedua orang tuanya, ikut menangis dan tak lama kemudian, Andi menyela,”Bapak, biarkan setelah lulus SMA, Andi akan membantu bapak dan ibu mencari uang dengan jalan Andi bekerja sambil kuliah,”kata Andi sampai tenggorokannya terasa tercekat, karena tak mampu lagi melanjutkan perkataannya. Dia merasa bersalah, karena tidak bisa membantu kedua orang tuanya.

Beberapa bulan kemudian, Andi lulus SMA dengan predikat lulusan terbaik, sedangkan adiknya, Dewi, juga lulus dari SMP meraih predikat lulusan terfavorit, yaitu lulusan yang banyak pengagumnya, karena cantik dan ayu, nilainya juga bagus-bagus, hanya tidak tertinggi saja.

Saat pendaftaran kuliah, Andi tidak mempunyai biaya, demikian pula orang tuanya. Biaya keluarganya hanya cukup untuk membiayai sekolah adik perempuannya, Dewi yang hendak melanjutkan sekolah di SMA di kotanya, seperti saat Andi masuk sekolah tersebut.

Andi berpikir keras, bagaimana agar dia bisa kuliah di Fakultas Ekonomi di kotanya. Dia membolak balik surat kabar di genggeman tangannya, mencari lowongan pekerjaan yang cocok untuk dirinya, namun, tak ada yang sesuai dengan kemampuannya.

Tiba-tiba dia teringat oleh perkataan temannya, si Joko, sesaat setelah perpisahan kelas di SMA dulu, “Andi, kuakui kau adalah teman dan sahabatku yang terbaik di kelas, di SMA ini, kau juga pintar dan cerdas, bahkan aku sering nyontek pekerjaan rumahmu, namun kau tidak marah, kau baik hati. Sebagai balasannya, apabila kau memerlukan uang atau biaya kuliahmu, silahkan datang ke tempatku, orang tuaku pasti akan membantumu, karena aku anak kesayangannya.”

Sesaat Andi terpaku di tempat, merenungkan arti kata-kata si Joko kemarin lusa tersebut. “Baik, kan kucoba menemui si Joko. Mudah-mudahan apa yang dikatakannya benar adanya.” Sesaat kemudian, Andi telah berlari mencari bis kota untuk ke rumahnya si Joko.

Rumah Joko amat megah dan besar. Wajar karena rumah orang kaya. Orangtuanya si Joko adalah Pengusaha sukses, ekport import baju. Setelah berbincang-bincang sejenak dengan penjaga rumahnya, akhirnya Andi dipersilahkan duduk di teras rumah Joko.

Tak lama kemudian, Joko keluar dari rumah dan menyapanya,”Hai, Andi, apa kabar. Maaf, tadi aku baru makan. Sudah makan belum?” “Sudah, Jok,”kata Andi sambil menyalami Joko. “Aku kesini ingin bertemu denganmu, membicarakan masalah rencana kuliahku, dimana aku terus terang gak punya uang untuk biaya itu”kata Andi sambil menatap wajah Joko penuh harap.

Tiba-tiba Joko tertawa nyaring dan lugas.”Tak usah khawatir Andi, asal kau bisa memenuhi syaratnya.” Mata Joko menatap Andi dengan senyum simpul. “Syarat yang bagaimana, Jok?” Tanya Andi penuh curiga.”Syaratnya, yaitu kau harus cepat selesai, tepat waktu, dan ngajari aku masalah komputer”, kata Joko dengan riangnya. “Hanya itu? Oke. Gak masalah. Aku senang sekali. Serius nich. Bisa enggak aku dapat biaya itu?” “Tenang, sobat. Pasti bisa. Aku yang akan bicara dengan ayahku.”kata Joko sambil masuk ke dalam rumah.

Tak berapa lama kemudian, Joko keluar bersama seorang tua, yang ternyata adalah ayahnya Joko. Orangnya masih muda, sehat dan tegap badannya, serta selalu tersenyum ramah.

“Oh. Ini nak Andi. Joko sudah cerita panjang lebar tentang keinginanmu kuliah. Ok. Bapak Bantu, tapi tolong Bantu Joko dalam hal komputer dan hal-hal yang dia tidak tahu, misalnya cari pacar…ha…ha..ha…’” seloroh bapaknya Joko. Andi hanya tersenyum simpul dan akhirnya ikut tertawa juga ha..ha...ha...

Intinya, Andi dapat bea siswa kuliah dari bapaknya Joko, yaitu pak Rudi, bea siswa cuma-cuma alias gratis lagi. Andi berterima kasih dan bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberi Karunia dan Anugrah kepada dirinya tanpa diduga sebelumnya melalui Joko dan bapaknya, pak Rudi.

Akhirnya, Andi dapat kuliah di Fakultas Ekonomi di kotanya dan selesai tepat waktu, dengan predikat cum laude, selanjutnya dia bekerja di tempatnya Joko sebagai akuntannya. Sedangkan Joko masih belum selesai di Fakultas Hukum, karena terlalu asyik pacaran dan terlena dalam kegiatan mahasiswanya.

Yach. Andi tak menyangka, kalau hidup itu ternyata indah dan mempesona, kalau mau dinikmati dengan rasa syukur dan berterima kasih kepada Sang Pencipta-Nya.

Adiknya, Dewi, juga sudah kuliah di Fakultas Ekonomi pula, di Universitas yang sama dengan kakaknya, Andi, dan dibiayai oleh Andi sendiri, setelah dia bekerja di tempatnya Joko sekeluarga.

Akhirnya, semuanya senang, tersenyum, tertawa dan bahagia.

Mentari bersinar dengan cerahnya, menyibak Pelangi yang berpantun sejuta warna.

Puisi: Bukalah pintu hatimu

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Bukalah pintu hatimu yang terkunci dengan tinta emas di lubuk rengkuhanmu
yang tak bisa kubuka walau kucing manis dan kelinci ganteng tersenyum padaku
tertutup sudah rasa asaku memenuhi kebun kurma yang terhampar di pematangku
bulir-bulir padi menguning pun tak kan dapat menaungi senyummu yang manis dara

Sentuhan lembut suaramu yang bak bestari telah menggugah lamunanku
menarik dan merenggut mata batinku untuk menggamit lengan indahmu
memenuhi selera rasaku yang nyaris padam terkantuk-kantuk dalam redup lilinku
menyapa ringan dan lincah di bibir yang merekah senyum merona merah

Gapailah angan dan khayalmu, daraku
pucuk-pucuk pinus kan datang menjuntaikan tangannya untuk mengajakmu ke langit
bertemu dengan sang awan dan Pelangi serta wajah ganteng pujaanmu
yang mendambamu saat keberaniannya lahir di hadapanmu yang anggun dan mempesona
menari dan bernyanyi bersamamu, di bawah sinar sang rembulan merona jingga

alunan merdu musik langit membahana di alam raya
mengantarku ke jenjang panggung paraduanmu
menyapa dan melingkarkan lenganku ke pinggangmu yang ramping dan indah
menggurat senyum binar dalam buaian asmara yang terindah

Kamis, 03 Desember 2009

Puisi: Tertutup sudah...

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Tertutup sudah rasa indah mentariku yang panas membakar
melepas dan memudar mewangi melati yang terjatuh di daun kering
tak bersuara hening sunyi
tersamar dalam bayang keindahan ambang batas

Menyimpan kenangan tak terona merah menepis
menggugah perasaan luka burung murai yang bernyanyi sendu
tanpa kejelasan dan rasa keterbukaan
menyembunyikan asa yang berbalut percaya diri

Pohon nangka berbuah getah melingkar di dahan
buah semangka tersenyum simpul menahan diri
daun muda pun terjatuh di pelupuk daun kering
terlepas dan terhanyut di air yang mengalir pelan
menuju telaga yang diam membisu

Permulaan hilangnya mentari pagi yang kemarin bersinar terang
tak mungkin rembulan dan sang mentari bersentuhan dalam sehari
Pelangi kan menangis tertiup sang angin yang semilir berhembus
karena awan terus menanyakan siapa kah sang rembulan malam dalam angka mimpinya
hening tak terdengar lirih lagi...sunyi semakin terasa pedih...terdiam semua

Rabu, 02 Desember 2009

Puisi: Kata Indah Mutiaramu...

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogpspot.com/

"Aku rindu padamu, mas...."
Kata indah mutiaramu telah merajuk menerpaku
menyisakan asa yang nyaris terputus oleh belenggu asmara yang berkobar
memandang lepas tak terputus dalam bunga teratai yang damai
di tengah telaga yang terapung sejuk bersama angsa putih yang kesepian
menyepi dalam temaramnya hati yang indah

Ribuan detik hingga ribuan menit kuberjuang menyapamu dengan serak basahku
tanpa pernah kau hiraukan seperti air yang tenang tiada gelora lirih pun
menyibak mewangi rambut indah mu yang bergelombang lembut
menarik sang kancil dalam peluk sang rusa jantan yang bertabuh kendang mesra
menyanyikan lagu kedamaian hutan rasamu

tak perlulah aku berkeliling memanggil namamu yang samar terdengar
buah durian, pepaya dan apel serta pisang telah mengganti semuanya
menari dan berangkulan dalam eratnya genggaman tari bunga anggrek yang bermekaran
mengalunkan nada denting kaca jendela yang tersenyum indah dalam keheningan

Jauhkanlah rasa ego dan kecewamu dari ku
yang lalu biarlah menjadi butir debu yang terbang di tiup sang bayu
bunga telah bermekaran cantik dan padi telah menguning emas
mengapa harus lari dari hamparan petak kerinduanku yang terjamah
yang menanti senyum ayumu dengan segenap rasa bahagiaku yang tampan

Puisi: Sorot emasmu...

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogpspot.com/

sorot emasmu telah menyulamku menjadi rajutan cinta yang bergelora
bergemuruh laksana kilat cahaya Pelangi yang berhamburan di lubuk sanubariku
kupejamkan kedua mataku melayang dan terbang berkelana di mimpi indahku
mengajakmu menari dan berdansa dalam temaramnya lilin yang redup berdua

Tak ada yang bisa hentikan dirimu tuk berlari mengejar bayangku
meski gemiricik air terjun menerpa sukmaku yang tersanjung olehmu
mengalir melalui tebing dan ngarai yang landai bersama ilalang yang tersenyum cantik
menggapai eloknya angsa putih yang berenang di telaga sunyi yang damai

terasa air mata anggunmu mengalir membasahi relung hatiku yang terdalam
mengoyak batin dan ragaku yang lemah tak berdaya menatap bunga padi yang beterbangan
terbawa kumbang yang mencari pasangannya dalam peluk mesranya
menandakan sebentar lagi musim bersuka ria kan datang

Kalimat indah mu terus terngiang dalam rasa sukaku
menggamit dan mengajakku tuk bersanding bersama berdua
tak ada batas dan tak ada tanda rasa
hidupku semakin indah setelah kau katakan padaku kata ajaib itu
"aku cinta padamu, mas..."
aku jatuh pingsan terbuai mimpi indah bersamamu mengarungi bahtera Pelangi indahku

Puisi: Kuning Padi...

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

rambutmu terurai lepas menerpa angin di penghujung hari
burung camar terbang mengepak sayap
melambai awan seputih kapas menggurat pikir
melangkah mendekat mengukir intan permata

kuning padi menyebar rasa sejuk
merasuk sukma menepis raga
menepi dalam keringnya air mata
menggugah rasa indah kicau burung kutilang

Kuraih bunga anggrek bulan semerbak meraba
menutup dan melepas nafsu daun kering
yang beterbangan gugur melarut dalam sepi
mengaduh lara tak bersuara hening senyap

mata air mengalir ke ujung dunia
menepuk karang di tebing nan curam
bergayut sendu dalam tangis tak terdengar
memendam rindu dalam bara asmara yang terhempas

tak kuasa ku gapai intan permataku
menepis rindu tak berujung pangkal
kemana hendak dibawa bunga mawar ini
yang mewangi semerbak di pintu surga

kupapah rasa hati ini
dalam dinginnya malam kalbuku
menyeruak dalam tepi rongga dadaku
menyebut namamu yang indah dan cantik
dalam bayang-bayang mimpi kerinduanku

Puisi: Ada kalanya...

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Ada kalanya kau nampak
ada kalanya kau hilang

ada waktunya kau tersenyum
ada waktunya kau marah

kini aku semakin mengerti
mengapa kau begitu

karena kau adalah dirimu
sedangkan aku adalah diriku

tak mengapa kita berbeda
karena itu yang terbaik

kau ada karena aku
aku ada karena kau

jadi
kau dan aku adalah kawan sejati

Puisi: Menyentuh fotomu lagi

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Menatap fotomu terasa damai di hati
tersenyum dan bersolek dengan luwesnya
membuatku terpana dalam keheningan
inikah dirimu sekarang?

Kenangan lama terkuak kembali
tergurat dalam emosi sentuhanku
yang menggapai dan membayangimu
meski akhirnya kau tak menyentuhku

Kini kau hadir dalam pelupukku
yang lama terasa sepi dan hampa
datang dalam nuansa yang baru
membawa senyum manis pujaanku

Terasa berbeda rasa hatiku
saat kusentuh fotomu sesaat
ada getar rindu di hati
yang lama tak teraih dalam sekejap

Perasaan ingin bersua terasa asing bagiku
hatiku sudah dingin dan membeku
namun masih ada sebutir harap rinduku
yang mungkin dapat mengobati luka hatiku
rasa ingin memandang dan menyentuh fotomu lagi

Selasa, 01 Desember 2009

Puisi: Jangan lagi kau bersedih

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Jangan lagi kau bersedih
jangan lagi ada yang terluka dan kecewa
kita masih bisa tersenyum bahagia
mengapa harus berpisah?

bumi dan mentari berputar pada porosnya
sedangkan bintang bersinar menerangi kita
mengapa harus ada gerhana bulan?
karena kau dan aku satu kerinduan

jangan lagi berkata cooling down
jangan lagi kau berkata selamat tinggal
karena itu kata 'tabu' buatku
aku tak mau meninggalkanmu

Seandainya
kau ingin meninggalkanku
pergilah dengan terhormat dan bermartabat
agar perpisahan ini tetap terkenang indah di hati kita

Puisi: Pelangi Indahku

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

hatiku terasa berbunga
sejak kau beradu pandang denganku
semangatku kembali terbang tinggi
saat kau menjabat erat tanganku

Senyummu membuatku tergoda
senyum manismu membahagiakan hatiku
tanpa terasa waktu terus berlari cepat melaju
meningggalkan kepedihan hati yang pernah ada

tanpamu aku merasa hampa
denganmu aku merasa hidup lagi
hatiku kembali bekerja dengan riangnya
meraih impian inovasiku yang terbaru

jangan pergi dariku, kawan
kau adalah mentari pagiku
kau adalah embun pagiku
dan kau adalah Pelangi indahku

Puisi : Menatap Mentari

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Mengapa aku begitu lemah
mengapa aku begitu terpuruk
mengapa hatiku pupus
apakah karena kau jauh dariku

Aku mencoba bangkit dari rasa pupusku
berdiri meski terhuyung-huyung dalam rasa gamangku
namun aku terjatuh lagi dalam sadar mimpiku
dan aku mencoba bangkit lagi

Berkali-kali aku jatuh bangun
terkoyak dan terluka rasa hati
derita tanpa rasa perih
semangat tanpa asa yang kuat
membuatku kembali terjatuh

Apakah akan terus begini diriku
jatuh dan jatuh lagi
bangun dan bangun lagi
tanpa ada rasa kemapanan yang abadi

Aku harus berubah
menjadi orang baru dalam diriku
menjadi diriku yang maju
yang bangkit dan berdiri dengan mantap
menatap mentari pagi dengan senyum Pelangiku

Puisi : Ternyata aku tak bisa

Puisi:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Baru kusadari kini
diriku tertawan hati padamu
terikat dan tak berkutik
tak bisa lepas dari dirimu

Suara dan tawamu
juga amarahmu
amat menantangku untuk bersembunyi
namun tak bisa lari darimu

Entah mengapa kau berkuasa padaku
sudah kucoba untuk melepaskan diri
berlari namun baru selangkah kembali lagi
aku tak kuasa menjawabnya

Ada emosi tertahan dariku
untuk tidak bisa menjauh darimu
aku tak tahu apa sebabnya
kau memang mutiara bernilai tinggi

Sadar atau tidak
aku tak bisa menghindar darimu
tak ada kekuatan dan kemampuan hati
untuk tidak mendengarkan suara merdumu

Pernah kucoba untuk cooling down
namun baru sedetik waktu bergulir
terasa sudah sebulan rasanya
segera kukembali lagi padamu
ternyata aku tak bisa jauh darimu