Selasa, 24 November 2009

Cerpen: Aku harus tegar....

Cerpen:
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/

Tak terasa, aku telah menjejakkan kakiku kembali ke kotaku, kota kenangan lamaku, Yogyakarta. Kota kenangan lama yang kembali menggurat ingatanku, di pelupuk mataku, dulu, kau pernah hadir menjemputku, saat kita masih bersama, berpacaran.

Kau datang memelukku dan menjabat erat tanganku, sebagai tanda rasa rindu dan kangenmu yang menggebu.

Di Stasiun Tugu inilah kau menjemputku dengan sepeda motormu, lalu kau kuboncengkan dan dengan eratnya kau peluk perutku dengan tanganmu yang indah dan halus. Kau tertawa dan bercerita panjang lebar selama dalam perjalanan dan aku menimpalimu dengan tawa dan candaku. Aku bahagia bersamamu saat itu.

Kau bercerita, “Mas, aku bahagia sekali bersamamu. Aku kangen dan merindukan dirimu, kadang aku memimpikan dirimu, bila lama kita tidak berjumpa. Aku ingin seperti saat-saat kita dulu belajar bersama di Perpustakaan UGM dan saat kau mencoba pertama kali berkenalan denganku dengan cara menjatuhkan bukumu di ruang perpustakaan, tepat di depan meja belajarku. Kau pura-pura kaget, dan aku membantumu mengambilkan dan menata buku-buku tersebut kembali, lalu kau menyentuh tanganku dengan mesra. Aku jadi tersipu-sipu, kau langsung tersenyum indah padaku…”.

Setelah kau berkata begitu, kau tertawa lepas, cengengesan. Mendengar kata-katamu itu, aku langsung menjawabnya,”Saat itu, aku terpesona dengan sorot matamu yang tampak cerdas dan ayu, kau adalah bidadariku, dan aku benar-benar menyukaimu, dik…”. Kulihat kau tersanjung dan aku pun jadi tersanjung pula, bisa membahagiakanmu.

Kini, kenangan itu muncul kembali, namun kau tidak lagi menjemputku, karena kau telah pergi jauh dariku, pergi entah kemana, aku tak tahu keberadaanmu, karena kau meninggalkanku, tanpa pesan atau pun surat yang terkirim padaku, padahal saat ini aku amat memerlukanmu, aku amat merindukanmu, namun aku tak bisa berbuat apa-apa lagi, aku jadi sedih bila mengingat dirimu yang pernah kukasihi hingga kini.

Tiba-tiba lamunanku dipecahkan oleh seorang abang tukang Becak yang menawari becaknya untuk mengantarku kemana tujuan yang hendak aku tempuh. Aku tanpa menawar terlalu lama, kunaiki becak tersebut menuju ke rumahku di Jl. Kaliurang, Yogyakarta.

Selama dalam perjalananku, aku mengenang kembali saat-saat bersamamu, saat-saat berboncengan bersama di Jl. Kaliurang, dekat kampus UGM yang kucintai, tempat almamaterku, tempatku pernah di wisuda disini, di Balairung, tempat yang pernah jadi kenangan, saat kau belajar bersamaku di relung-relung pojok pagar atau di taman yang rindang dengan pepohonan yang tinggi dan megah, di gedung Rektorat UGM.

Kau pernah bercerita, bagaimana senangnya bila kau dapat terus bersamaku, berduaan, hingga kaken ninen. Aku tersanjung saat itu.

“Mas, bagaimana kalau seandainya, kita terus bersama, hingga kaken ninen, dan punya banyak cucu yang ganteng dan cantik2…, kau pasti senang dan bangga ya..he..he…”. aku menjawabmu dengan mencolek pipimu yang merona merah,”ah kau bisa aja dik…, tentu saja aku senang dan bangga, karena aku akan punya cucu yang ganteng dan cantik-cantik seperti neneknya…ha..ha…”.

Indah memang saat itu. Kau belajar dan membaca buku-buku teori kuliahmu, aku pun juga demikian. Terasa indah waktu itu.

Kini, kau tidak lagi bersamaku, aku harus bisa melupakanmu, bagaimana pun caranya. Aku tak ingin terpuruk dan selalu mengingatmu lagi. “Semoga kau bahagia, dik, dimana pun kini kau berada...",gumamku seorang diri, saat menumpang becak yang melaju pelan menuju ke rumahku, di Jl. Kaliurang, Yogyakarta, rumah yang pernah jadi kenangan indahku bersamanya, saat makan rujak bersama dan saat masak nasi, sayur dan lauk bersamanya. Aku jadi sedih, bila mengingatnya, namun aku tak mau terpuruk, aku harus tegar dan tabah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar